Jumat, 12 Desember 2008

Hijauan Makanan Ternak (rumput gajah)

PENDAHULUAN
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalam kelompok makanan hijauan ini adalah rumput (Graminae), Leguminosa dan hijauan dari tumbuhan-tumbuhan lainnya. Seperti Scrubs, Forbs.
Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar, hijauan sebagai bahan makanan ternak biasanya diberikan dalam dua bentuk yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Yang dimaksud dengan hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hiajauan yang diberikan dalam bentuk segar, yang termasuk hiajauan segar ialah rumput segar dan leguminosa segar. Sedangkan hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja di keringkan seperti Hay, Haylage dan Silage. Sebagai makanan ternak, hiajauan memegang peranan sangat penting, karena hijauan mengandung semua zat yang diperlukan hewan, dan khususnya di Indonesia bahan makanan hijauan memegang peranan yang istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.

TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan mkanan ternak merupakan makanan pokok bagi hewan memamah biak diantaranya adalah ternak sapi. Karena hijauan ini digunakan sebagai makanan pokok sudah tentu berpengaruh besar terhadap terhadap produksi ternak. ( lubis, 1973).
Salah satu penyebab kemerosotan populasi dan produksi ternak ruminansia adalah faktor makanan, di mana sumber hijauan sebagai makanan pokok ternak ruminansia amatlah terbatas. Ternaka ruminansia di Indonesia dewasa ini masih bertahan karena mengandalkan kepada sumber hijauan di luar usaha tani dan sebagian dari hasil ikutan usaha tani. Oleh karena itu baik kuantitas maupun kualitas hijauan sebagai makanan pokok ternak ruminansia jauh dari mencukupi. (Atmadilaga, 1974).
Lopez. ( 1978 ) menyatakan, bahwa kemajuan ternak dapat dicapai dengan memperbaiki breed – breed ternak. Tetapi breed yang unggul ini hanya akan memperlihatkan potensinya apabila diberikan makanan yang baik, yaitu makanan hijauan yang berkualitas tinggi. Padang –padang rumput di daerah tropis yang ditumbuhi rumput alam pada umumnya berproduksi rendah dengan kualitas yang buruk, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi yang tinggi dari ternak –ternak tersebut. ( turner, 1969 ).
Menurut Van Soest. ( 1978 ), hijauan pada saat dipotong atau dipanen merupakan hasil gabungan antara pertumbuhan tanaman dan faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi fotosintesis dari energi dan zat – zat makanan dari tanaman tersebut. Kondisis lingkungan selama pertumbuhan tanaman, menentukan komposisi kimia dan nilai makanan hijauan tersebut. Lopez ( 1978 ) menyatakan, bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia dan nialai makanan dari rumput antara lain, umur hijauan, musim, kandungan air / kelembaban dan kesuburan tanah.
Deskripsi dan Sifat Rumput Gajah
Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Kandungan nitrogen dari hasil panen yang diadakan secara teratur berkisar antara 2-4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan, semakin tua rumput CP-nya semakin menurun. Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN) diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua hingga 55%. Batang-batangnya kurang begitu disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air.
Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek; helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing.
Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan.
Perkembang biakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah). Hal ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan peralatan seperti yang dilakukan pada penanaman tebu. Jarak antar barisan berkisar antara 50 – 200 cm. di daerah yang lebih kering jaraknya lebih lebar. Jarak dalam barisan bervariasi mulai dari 50 – 100 cm. penanaman yang dicampur dengan tanaman lain semisal ubi kayu dan pisang sering dilakukan di kebun rumah. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong / dipanen.
Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan kering tiap tahun 20-40 ton/Ha, karenanya banyak zat diserap dari tanah. Jika tidak dipupuk hasilnya akan segera menurun drastis dan gulma akan menyerang. Walaupun rumput gajah jarang ditanam dengan polong-polongan (legume), namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik.
Prospek rumput gajah cukup baik bila dilakukan pemupukan yang baik pula. Dengan memanen pada pertumbuhan yang masih muda atau dengan menggunakan kultivar yang baik akan mencapai nilai pakan yang tinggi. Keuntungan dari jenis ini adalah kemampuannya berproduksi, dapat ditanam dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat diusahakan secara mekanis atau juga untuk pertanian/peternakan skala kecil.
Manfaat Hijauan Pakan
Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.

METODE KERJA
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
Cangkul
Pisau
Grek
Pupuk kandang
Tali dan
Selang air
Cara kerja
Adapun yang dilakukan selama praktikum adalah
Pengolahan lahan dan penggemburan
Pemilihan bibit; bibit yang baik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, bibit yang baik yang besar dan berruas dekat
Penanaman bibit; bibit berbentuk stek dan dipotong sepanjang 3 ruas, 2 ruas di tanam ke dalam tanah, rumput ditanam minimal 2 batang per lubang
Pemupukan ; pupuk yang diberikan jenis pupuk kandang
Pemeliharaan (menyiram) rumput disiram 2 kali sehari
Pemotongan; rumput dipotong jika sudah berumur 48-60 hari

PEMBAHASAN
Pengenalan Rumput Gajah
Pennisetum purpureum. Nama daerah: Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe d’éléphant, fausse canne à sucre (Prancis), Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog, Filipina), Handalawi (Bokil), Lagoli (Bagobo), Ya-nepia (Thailand), Co’ duôi voi (Vietnam), pasto elefante (Spanyol)
Asal-usul Pennisetum purpureum (Rumput Gajah) dan persebaran geografi: Berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippine dan India.
Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik. Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Penanaman dan introduksi nya dianjurkan oleh banyak pihak.
Adaptasi Rumput Gajah
Rumpu gajah tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai antara 1,8-2,4 m, tumbuh baik didaerah pegunungan, sangat disukai ternak, tahan kering dan berproduksi tinggi, rumput dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, kurang tahan terhadap genangan air, responsif terhadap pemupukan. Produksi rumput gajah dapat mencapai 150 – 200 ton/ha/thn.
Kultur teknik
Rumput gajah ini umumnya diperbanyak dengan stek, karena daya tumbuh dari biji sangat rendah. Tanaman ini sangat cocok disimpan dalam bentuk silase dan mempunyai palatabilitas yang tinggi. Produksi bahan kering berkisar 4000 – 9000 kg / Ha per tahun. Kandungan protein kasar dapat mencapai 11.3 % dan serat kasar 39.2 %.
Cara- cara penanaman
penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara yang pertama memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols. Cara penanaman yang biasa kami lakukan adalah sebagai berikut:
Pengolahan Lahan
Proses penanaman rumput gajah dimulai pada dengan pengolahan lahan yaitu dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma, memisahkan bibit yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah serta pembuatan ulang dan rekondisi galur tanam.
Pupuk Dasar dan Penanaman Setelah melakukan pengolahan lahan, dilanjutkan dengan pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang (manure sapi) sekitar 20 kg (±1 ton/ha) dan dilanjutkan dengan mengguludkan lahan tanam.
Kemudian dilakukan penanaman dengan metoda stek batang. Untuk satu rumpun ditanam minimal 2 batang, yang masing masing batang terdiri sekurangnya dari 3 ruas. Kami mengusahakan 2 ruas terbenam di dalam tanah.
Pemupukan kedua dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan juga dengan pupuk kandang. Pemupukan kedua ini biasanya dibarengi dengan penyaueran (menimbunkan tanah dan rumput liar untuk meninggikan guludan).
Pemupukan untuk selanjutnya diharapkan pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 kali per tahun, 1 kali pada musim hujan, dan 1 kali pada musim kemarau.
Bibit rumpu gajah di tanam secara stek ( potongan batang ) pada tempat yang sudah di sedia, sebelum bibit di tanam, jarak tanam 60 x 40 cm. selanjutnya setelah tanah disekitar bibit tanahnya di injak untuk memedat kan tanah.
Perawatan Rumput
Setelah selesai penanaman dilakukan penyiangan atau weeding yang bertujuan untuk memberantas jenis – jenis rumput liar ( weed ) yang mengganggu tanaman pokok. Sehingga dengan tidak adanya tanaman liar maka tanaman pokok dapat hidup dengan baik. Selain penyiangan juga dilakukan pendangiran yang bertujuan untuk menggemburkan tanah kembali. Agar proses peredaran udara dan air dalam tanah lebih sempurna. Pendangiran ini dilakukan setelah tanaman hijauan berumur satu bulan atau pada setiap rumput setelah selesai panen.
Pemotongan
Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40 - 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak.
Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan.
Dalam hal ini pemotongan dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari, dan tinggi pemotongan adalah 150 cm dari permukaan tanah.

PENUTUP
Kesimpulan dalam usaha di bidang hijauan makanan ternak sangat tergantung pada tersedianya bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik.
Maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
Perlakuan terhadap tata laksana yang baik seperti: pengolahan tanah, pembibitan dan penanaman, pemupukan, serta perawatan/penyiraman dimusim kemarau sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi Rumput gajah.
Panen atau pemotongan yang tepat dan baik akan berpengaruh terhadap kualitas bahan segar maupun bahan kering Rumput Gajah.
Tanaman Rumput gajah harus diremajakan setelah berumur 3-4 tahun, karena sangat berpengaruh terhadap nilai, bentuk dan jumlah makanan.

DAFTAR PUSTAKA
Atmadilaga, D. 1974. Sumber-sumber Potensial bagi Pengembangan Peternakan di Jawa Barat. Bandung.
Lopez, 1978 Evluation of Forages Quality and the laboratory IV. Five grass species Philiphe journal of veterinary and Animal Science. Volume IV No.2.
McIlroy, R.J. 1977. Pengantar budi daya padang rumput tropica. PT. Paramita. Jakarta.
Susetyo, Kismono dan Bejo Soewardi 1969. Hijauan makanan ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Turnner, H.L. 1969. Genetic Improvement of Reproduction Rate in Sheep. Animal Breeding Abstracts. Vol 37. No. 4 pp.545-559.
Van Soest, P.J,1968. Compotition Maturiti and Nutrtive Value for Forages. Vis Departemen of Agricultural Reseach Service, Animal Husbandry Reseach Division, Beltswilla.
http://www.hear.org/pier/species/pennisetum_purpureum.htm
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Pennisetum_purpureum.hm
http://aquat1.ifas.ufl.edu/penpur.html
http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/AGRICULT/AGP/AGPC/doc/Gbase/DATA/Pf000301.htm
http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/Data/137.HTM

TEKNOLOGI PAKAN LENGKAP SOLUSI BAGI PERMASALAHAN PAKAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING

Oleh : Riwantoro *)

Banyak calon peternak ataupun calon investor peternakan khususnya domba dan kambing yang mengurungkan niatnya ketika harus berhitung dengan permasalahan hijauan pakan ternak. Mereka menjadi ragu ketika harus menyediakan luasan lahan tertentu untuk menanam hijauan pakan ternak dengan segala permasalahan tata laksana pemeliharaannya. Bahkan di tingkat peternak kecilpun tidak jarang terjadi ketika musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual sebagian ternaknya untuk mengatasi terbatasnya hijauan yang tersedia. Akankah hal seperti ini harus terjadi selamanya ?

Jawabannya tentu tidak. Sebuah teknologi pengembangan peternakan domba dan kambing tanpa rumput sudah ditemukan. Menurut Ir. Didik Eko Wahyono pemilik formula pakan lengkap (complete feed) yang juga merupakan pengurus DPD HPDKI propinsi Jawa Timur, dengan menggunakan complete feed ternak domba dan kambing tidak perlu diberi hijauan lagi.

Keunggulan Complete Feed

Disamping mengandung nutrisi yang seimbang, keunggulan complete feed dibanding bahan pakan lain adalah harganya yang lebih murah. Hal ini dimungkinkan karena complete feed dibuat dari bahan baku limbah pertanian dan agroindustri ditambah perlakuan suplementasi bahan-bahan bernilai nutrisi tinggi. Keunggulan lainnya antara lain (1) hemat dalam penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja 1 orang untuk 100-150 ekor), (2) mudah diaplikasikan, (3) waktu penggemukan relatif pendek (3-4 bulan), (4) pertumbuhan bobot badan cukup tinggi (150-200 gr/ekor/hari, (5) praktis dan ekonomis (1 ekor domba membutuhkan 1 kg/hari dan harga relatif murah Rp. 700,-/kg).

Karena keunggulannya tersebut penggunaan complete feed pada ternak domba setiap tahunnya terus meningkat. Memang diperlukan masa adaptasi untuk mengubah pakan ternak dari yang biasa diberikan ke pemberian complete feed. Untuk mempercepat proses adaptasi pakan, ternak dapat diberi jamu yang juga dibuat oleh Pak Didik. Menurutnya jamu ternak dibuat dari ekstrak bahan organik yaitu empon-empon melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme efektif. Manfaat dari jamu ternak adalah untuk (1) mempercepat adaptasi ternak menggunakan pakan kering, (2) merangsang nafsu makan ternak dan meningkatkan efisiensi pencernaan, (3) meningkatkan kesehatan ternak dan (4) mengurangi bau kotoran ternak.

Proses Pembuatan

Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain (1) sumber serat kasar (jerami kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain), (2) sumber energi ( pollard, dedak padi, bungkil tapioka atau gamblong, tetes atau molasses dan lain-lain), (3) sumber protein (bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil miyak biji kapok atau klenteng, kulit kopi, kulit kakao dan lain-lain), (4) sumber mineral (urea, tepung tulang, mineral mix, garam dapur dan lain-lain).

Pembuatan pakan lengkap dapat dilakukan melalui pengolahan dengan mesin-mesin skala kecil yang dilaksanakan pada tingkat kelompok tani, maupun mesin-mesin skala besar. Meskipun demikian, secara umum proses pengolahannya relatif sama. Pertama, siapkan bahan baku sumber serat sesuai formulasi di dekat pemasukan mesin. Selanjutnya, masukkan bahan baku secara bersamaan antara bahan yang mempunyai berat jenis rendah dan berat jenis tinggi, untuk mengefisienkan kapasitas proses produksi. Setelah semua sumber serat terproses dan masuk ke mesin mixer, tambahkan pakan starter langsung ke dalam mixer. Proses pencampuran pakan dalam mixer antara bahan sumber serat dan pakan starter cukup 10 menit, kemudian pakan lengkap siap untuk dikeluarkan dan dikemas. Berat setiap kemasan, dibuat sesuai kebutuhan antara 25 – 50 kg, dan pakan lengkap siap untuk diedarkan.

Analisa usaha

Dari hasil evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa pendapatan bersih usaha penggemukan domba yang menggunakan complete feed lebih tinggi dari pada pendapatan bersih usaha penggemukan domba yang menggunakan pakan rumput dan konsentrat. Pendapatan bersih penggemukan domba dengan menggunakan complete feed dan yang menggunakan pakan rumput dan konsentrat, masing-masing adalah sebesar Rp. 152.700,- per ekor dan Rp 20.400,- per ekor. Selamat mencoba, semoga berhasil.

Sumber : http://www.kampoengternak.or.id/?pilih=news&aksi=lihat&id=27

Hijauan Makanan Ternak

PENDAHULUAN

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalam kelompok makanan hijauan ini adalah rumput (Graminae), Leguminosa dan hijauan dari tumbuhan-tumbuhan lainnya. Seperti Scrubs, Forbs.

Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar, hijauan sebagai bahan makanan ternak biasanya diberikan dalam dua bentuk yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Yang dimaksud dengan hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hiajauan yang diberikan dalam bentuk segar, yang termasuk hiajauan segar ialah rumput segar dan leguminosa segar. Sedangkan hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja di keringkan seperti Hay, Haylage dan Silage. Sebagai makanan ternak, hiajauan memegang peranan sangat penting, karena hijauan mengandung semua zat yang diperlukan hewan, dan khususnya di Indonesia bahan makanan hijauan memegang peranan yang istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar.

Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalah dalam pratikum ini adalah, tanah yang kering dank keras, walaupun telah dilakukan pembajakan dengan menggunakan traktor.


TINJAUN PUSTAKA

Hijauan mkanan ternak merupakan makanan pokok bagi hewan memamah biak diantaranya adalah ternak sapi. Karena hijauan ini digunakan sebagai makanan pokok sudah tentu berpengaruh besar terhadap terhadap produksi ternak. ( lubis, 1973).

Salah satu penyebab kemerosotan populasi dan produksi ternak ruminansia adalah faktor makanan, di mana sumber hijauan sebagai makanan pokok ternak ruminansia amatlah terbatas. Ternaka ruminansia di Indonesia dewasa ini masih bertahan karena mengandalkan kepada sumber hijauan di luar usaha tani dan sebagian dari hasil ikutan usaha tani. Oleh karena itu baik kuantitas maupun kualitas hijauan sebagai makanan pokok ternak ruminansia jauh dari mencukupi. (Atmadilaga, 1974).

Lopez. ( 1978 ) menyatakan, bahwa kemajuan ternak dapat dicapai dengan memperbaiki breed – breed ternak. Tetapi breed yang unggul ini hanya akan memperlihatkan potensinya apabila diberikan makanan yang baik, yaitu makanan hijauan yang berkualitas tinggi. Padangpadang rumput di daerah tropis yang ditumbuhi rumput alam pada umumnya berproduksi rendah dengan kualitas yang buruk, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi yang tinggi dari ternak –ternak tersebut. ( turner, 1969 ).

Menurut Van Soest. ( 1978 ), hijauan pada saat dipotong atau dipanen merupakan hasil gabungan antara pertumbuhan tanaman dan faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi fotosintesis dari energi dan zat – zat makanan dari tanaman tersebut. Kondisis lingkungan selama pertumbuhan tanaman, menentukan komposisi kimia dan nilai makanan hijauan tersebut. Lopez ( 1978 ) menyatakan, bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia dan nialai makanan dari rumput antara lain, umur hijauan, musim, kandungan air / kelembaban dan kesuburan tanah.

Jenis – jenis rumput yang disukai ternak dan tinggi produksinya, pada umumnya memerlukan derajat kesuburan tanah yang tinggi. Pada tanah – tanah yang subur, pertumbuhan jenis-jenis rumput ini akan mendominasi pertumbuhan rumput lain di padang rumput, species rumput yang kualitasnya rendah akan mendominasi pertumbuhan, dan drainase pada tanah yang basah atau pada tanah yang digenangi air dan irigasi pada tanah yang kering dapat merupakan sarana untuk mengganti species yang produksinya lebih tinggi. ( Mcllroy, 1977 ).

Menurut Lubis ( 1973 ), kualitas hijauan makanan ternak di Indonesia sangat rendah. Kadar protein yang dapat dicerna hanya 1,5 % dalam keadaan segar, sedangkan p di Negara Belanda kadar protein hijauan mencapai 3 %, sehingga sapi – sapi perah dapat menghasilkan susu 20 liter / hari dengan hanya menerima hijauan tanpa diberikan makanan penguat. Susetyo ( 1969 ) menyatakan, rendahnya kualitas hijauan di Indonesia disebabkan antara lain oleh sifat pertumbuhan yang cepat sehingga cepat berbunga dan berbiji yang mengakibatkan kandungan serat kasar tinggi. Menurut Frich ( 1978 ), kebanyakan rumput – rumput alam mempunyai masa pertumbuhan yang pendek sebelum kualitasnya menurun, di samping kapasitas pertumbuhannya yang rendah dibandingkan dengan species – species unggul yang dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan di philipina ( Lopez, 1978 ) terhadap ilmu species rumput tropis seperti Panicum maximum, Pennisitum purpurium, Brachiaria mutica dan Setaria spacelata, memperlihatkan produksi bahan kering yang cukup tinggi. Rumput tersebut mempunyai respon yang cukup baik terhadap tata laksana dan pemupukan.

Diantara specues rumput unggul yang dikenal, rumput lampung merupakan salah satu jenis rumput unggul makanan ternak, tanaman berbentuk rumpun dan tahan kering, berproduksi tinggi, dan sangat disukai ternak ( Mcllroy, 1977 ).

1. Perbedaan Mutu Hijauan

Pada dasarnya perbedaan mutu hijauan dipengaruhi oleh dua fator yaitu:

  1. Faktor pembawa

Bangsa graminae (bangsa rumput) mempunyai pembawa yang berbeda dengan bangsa Leguminosa, rumput memerlukan nitrogen yang diperoleh dari dalam tanah dengan cara menyerap nitrat atau amoniak yang larut dalam air.

  1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mempunyai peranan sangat penting. Mutu yang ada pada setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetic, hanya mungkin bisa dipertahankan atau ditingkatkan apabila factor lingkungan seperti keadaan tanah, iklim, dan perlakuan manusia dimanajemen dengan baik.

.2. Kebutuhan Hijauan

Kebutuhan makanan hijauan ternak pada setiap jenis hewan berbeda. Hewan ternak seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing memerlukan jumlah hijuan yang lebih banyak dari pada hewan-hewan seperti babi dan unggas. Perbedaan ini terutema terleteak pada system alat pencernaan yang berlainan. System pencernaan monogastrik adalah hewan yang memiliki system pencernaan perut tunggal seperti ternak babi dan unggas, kebutuhan bahan makanan dari jenis hijauan untuk hewan monogastrik sangat terbatas atas sedikit sekali.

METODE KERJA

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah

Cangkul

Pisau

Grek

Pupuk kandang

Tali dan

Selang air

Cara kerja

Adapun yang dilakukan selama praktikum adalah

Pengolahan lahan dan penggemburan

Penanaman bibit

Pemeliharaan

Pemupukan

Pemotongan

PEMBAHASAN

Pengenalan rumput lampung

Rumput lampung berasal dari afrika tropika dan subtropik, akan tetapi rumput ini kurang tersebar secara luas seperti rumput Setaria anceps, rumput ini lebih tinggi dari rumput Setaria anceps dan dapat mencapai tinggi 1,5 – 3,5 cm. daunnya juga lebih besar, panjang daun dapat mencapai 70 cm, lebar daun 12 – 20 mm. Umumnya tanaman ini mempunyai bulir yang lebih besar dan lebih panjang. Kandungan asam oksalat tinggi berkisar 4.5 – 6.7 % pada waktu pertumbuhan 3 minggu. Jumlah kromosom 2n = 36, 45, 54, 63.

Adaptasi rumput lampung

Rumput lampung dapat ditanam diberbagai daerah dari dataran rendah sampai pegunungan. Rumput ini sesuai untuk daerah dengan curah hujan tahunan 1000 mm atau lebih, relative tahan genangan air bila dibandingkan dengan Setaria anceps, tidak tahan kekeringan. Rumput ini dapat beradaptasi dari tanah yang berpasir sampai liat, namun produksi yang baik adalah pada tanah lempung liat. Rumput ini cocok ditanam dengan leguminosa Desmodium sp.

Kultur teknik

Rumput lampung ini umumnya diperbanyak dengan pols, karena daya tumbuh dari biji sangat rendah. Tanaman ini sangat cocok disimpan dalam bentuk silase dan mempunyai palatabilitas yang tinggi. Produksi bahan kering berkisar 4000 – 9000 kg / Ha per tahun. Kandungan protein kasar dapat mencapai 11.3 % dan serat kasar 39.2 %.

Cara- cara penanaman

Bibit di tanam secara pols ( sobekan rumput ) pada tempat yang sudah di lubangi, sebelum bibit di tanam, bagian vegetatifnya sudah dihilangkan tujuan nya dalah utuk menghindari besarnya penguapan. Setiap pols terdiri dari 2 – 3 batang sobekan rumput dengan jarak tanam 30 x 30 cm. selanjutnya setelah tanah disekitar bibit tanahnya di injak untuk memedat kan tanah.

Perawatan rumput

Setelah selesai penanaman dilakukan penyiangan atau weeding yang bertujuan untuk memberantas jenis – jenis rumput liar ( weed ) yang mengganggu tanaman pokok. Sehingga dengan tidak adanya tanaman liar maka tanaman pokok dapat hidup dengan baik. Selain penyiangan juga dilakukan pendangiran yang bertujuan untuk menggemburkan tanah kembali. Agar proses peredaran udara dan air dalam tanah lebih sempurna. Pendangiran ini dilakukan setelah tanaman hijauan berumur satu bulan atau pada setiap rumput setelah selesai panen.

Pemupukan

Memupuk berarti memberikan zat – zat makanan kepada tanaman agar zat –zat makanan dalam tanah yang hilang atau yang dihisap tanaman bisa diganti serta dapat memperbaiki struktur daripada tanah.

Dalam hal ini pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu denagn dosis 200 kg / pols. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang. System pemupukan dilakukan dengan cara tugal yaitu dengan membuat lubang, kemudian ditimbun untuk menghindari pencucian ( leaching ) dan terbawa oleh adanya hujan.

Pemotongan

Untuk menjamin pertumbuhan kembali ( re growth ) yang optimal, yang sehat dan memiliki kandungan gizi yang baik. Pemotongan dilakukan pada periode tertentu, yaitu pada tanaman menjelang berbunga.

Dalam hal ini pemotongan dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari, dan tinggi pemotongan adalah 5 – 10 cmdari permukaan tanah.

PENUTUP

Kesimpulan dalam usaha di bidang hijauan makanan ternak sangat tergantung pada tersedianya bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik.

Maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

  1. Perlakuan terhadap tata laksana yang baik seperti: pengolahan tanah, pembibitan dan penanaman, serta pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi Rumput lampung.
  2. Panen atau pemotongan yang tepat dan baik akan berpengaruh terhadap kualitas bahan segar maupun bahan kering Rumput lampung.
  3. Tanaman Rumput lampung harus diremajakan setelah berumur 4-5 tahun, karena sangat berpengaruh terhadap nilai, bentuk dan jumlah makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadilaga, D. 1974. Sumber-sumber Potensial bagi Pengembangan Peternakan di Jawa Barat. Bandung.

Frisen, J.E.1978. Adaption Nutrition and Agronomi in “A Course Manual in Beef Cattle Management and Economic” Australian vice-chancellons Committe Prees Etching Pty. Ltd. Brisbane. pp. 16-31

Lopez, 1978 Evluation of Forages Quality and the laboratory IV. Five grass species Philiphe journal of veterinary and Animal Science. Volume IV No.2.

McIlroy, R.J. 1977. Pengantar budi daya padang rumput tropica. PT. Paramita. Jakarta.

Susetyo, Kismono dan Bejo Soewardi 1969. Hijauan makanan ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Turnner, H.L. 1969. Genetic Improvement of Reproduction Rate in Sheep. Animal Breeding Abstracts. Vol 37. No. 4 pp.545-559.

Van Soest, P.J,1968. Compotition Maturiti and Nutrtive Value for Forages. Vis Departemen of Agricultural Reseach Service, Animal Husbandry Reseach Division, Beltswilla.

Kotoran 2 Sapi Setara dengan 1,9 Kg Elpiji

BANDUNG, KAMIS - Kotoran dua ekor sapi yang diolah instalasi biogas Livestock Bioenergy Conversion atau Libec yang dikembangkan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menghasilkan setara 2,6 liter minyak atau 1,90 kilogram elpiji per hari.

Manfaat biogas Libec saat ini telah dinikmati sekitar 75 keluarga di Desa Haurgombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Warga telah mengonversi minyak tanah dengan biogas untuk memasak yang menggunakan kompor gas biasa. "Panasnya normal setara dengan elpiji, hanya saja butuh ruang cukup untuk reaktor dan penampung gas," kata Komar Permana, seorang warga, Kamis (8/5).

Program biogas Libec dikembangkan Unpad untuk mengadopsi inovasi tekno sosio biogas ramah lingkungan guna menanggulangi persoalan energi. Instalasi biogas Libec cocok dikembangkan di kawasan peternakan sapi. Dengan biaya sekitar Rp700.000 warga bisa membangun instalasi yang terdiri dari tabung reaktor, penampungan gas dari plastik serta instalasi dari pipa. "Satu instalasi yang mengolah kotoran dua ekor sapi bisa melayani tiga kepala keluarga," kata Komar.

Sementara itu Pimpinan Program Biogas Libec Unpad, Sondi Kuswaryan menyebutkan, pengembangan atau replikasi instalasi biogas Libec itu akan dikembangkan di Purwakarta, Cianjur Selatan, Sukabumi dan dalam waktu dekat diperkenalkan di Provinsi Banten. "Instalasi ini cocok untuk mengatasi masalah enegry di pedesaan, namun kami akan mengembangkan untuk kawasan perkotaan. Modelnya sudah disiapkan," kata Sondi.

Model biogas Libec untuk perkotaan itu terdiri dari tabung untuk penampungan air yang dilengkapi dengan tabung reaktor kecil. "Kami buat briket "Kotter" atau kotoran ternak, dua butor briket kotter itu diharapkan bisa menghasilkan energi yang setara," katanya. Sementara itu pemanfaatan biogas Libec di Desa Haurgombong yang merupakan Desa Mandiri Energi telah dikembangkan untuk lampu penerangan dengan menggunakan biogas itu sebagai bahan bakar genset berkapasitas 500 watt. Satu instalasi biogas bisa menghidupkan 50 buah lampu hemat energi 10 watt, terutama saat beban puncak.

Sumber : ANT

Dikutip dari : http://www.kompas.com (08/05/2008)