Rabu, 25 Maret 2009

Produksi Ternak Perah

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi susu pada Ternak Sapi Perah

1. Bangsa Sapi
Brown Swiss dan Holstein produksi susunya lebih banyak dari pada Jersey dan Guernsey. Brown Swiss dan Holstein kadar lemaknya lebih sedikit dari pada Jersey dan Guernsey.

2. Individu
menurut seorang ahli ternak perah "Ismener" menyatakan setiap individu pada sapi perah yang sama mempunyai perbedaan memproduksi air susu dan lemak. Sapi dari satu bangsa Variasi dalam jumlah produksinya lebih besar dari pada kadar lemaknya.

3. Stadium Laktasi
a. Hari-hari pertama setelah beranak (kolostrum)
Lama-kelamaan kolostrum menjadi susu. Beda kolostrum dengan susu yaitu kolostrum memiliki kandungan kasein dan albumin yang tinggi, sedangkan susu mengandung air, lemak, dan laktosa rendah.
b. Kandungan produksi berangsur-angsur naik, pada bulan kedua sampai ke tiga sedikit berkurang sampai pada akhirnya habis masa laktasi.
c. Turunya jumlah produksi pada umumnya disertai dengan kenaikan kadar lemaknya.

4. Umur Sapi
Produksi meningkat pada laktasi ke 3, 4, 5 (umur 6-8 th) sedangkan kadar lemak akan meningkat pada laktasi ke 1,3, dan 4. Pada sapi–sapi yang mempunyai tubuh besar umumnya produksinya tinggi.

5. Masa Birahi dan Bunting
Birahi : Produksi susu turun, kadar lemak turun dan Bj naik, komposisi susu menyerupai klostrum tetapi sifatnya sementara
Bunting : Pada bulan –bulan pertama masa kebuntingan tidak nyata lebih-lebih jika pakan cukup. Pertengahan masa bunting mulai kelihatan. Pada masa bunting ke 7/8 prodksi susunya turun.

6. Perode Kering
Masa kering 6-8 minggu, makin lama masa kering makin besar produksinya pada masa laktasi berikutnya karena mempunyai waktu yang cukup untuk memperbaiki kondisi tubuhnya.

7. Makanan
Dibutuhkan makanan ynag cukup memenuhi syarat, makanan yang berlebihan tidak akan meningkatkan produksi susu sedangkan makakan yang kurang akan menimbulkan gangguan produksi susu.

8. Lingkungan
Produksi susu akan turun pada suhu lebih dari 85 derajat fahrenheiit untuk Holstein dan Brown Swiss, suhu 90-95 derajat Fahrenheit untuk Brahman temperature optimum adalah 50 derajat Fahrenheit.

9. Penyakit
Mastitis akan menyebabkan produksi turun, komposisi menjadi encer dan kadar lemak turun.

10. Waktu Pemerahan
Pemerahan akan dilakukan 2 kali dalam 24 jam yaitu jam 4 pagi dan jam 12 siang. Waktu sementara antara kedua pemerahan adalah untuk pagi hari jam 4 pagi sampai siang jam 12, yaitu 6 jam. Sedangkanuntuk sore pukul 12.00-16.00 sehingga diperoleh waktu istirahat 16 jam. Kelenjar susu bekerja lebih lama sehingga diperoleh hasil yang lebih banyak kuantitasnya.

11. Pergantian Pemerah
Pergantian tukang perah yang mendadak akan mengurangi produksi susu, apalagi jika tukang perah susu tersebut baru pertama kali bekerja maka sapi tidak akan tenang sehingga produksi susu turun.

12. Cara Memerah
Cara memerah susu harus sampai kosong, sebab jika tidak sempurna dalam memerah maka tertinggal dan menyebabkan kadar lemak susu akan rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda